Jumat, 11 November 2011

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian harus memenuhi dua kriteria yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur sedangkan reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur secara konsisten mengukur apa saja yang diukurnya. Secara sederhana instrumen yang valid berarti instrumen tersebut tepat untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya meteran merupakan alat yang tepat untuk mengukur panjang. Sedangkan instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut secara tetap (konsisten) dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, artinya instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur benda yang sama akan menghasilkan data yang sama misalnya misalnya meteran dari dulu sampai sekarang masih dapt digunakan untuk mengukur panjang suatu benda.
Instrumen dalam ilmu alam misalnya meteran, termometer dan lain sebagainya telah diakui validitas dan reliabelitasnya (keculai jika rusak dan palsu). Sedangkan instrumen dalam ilmu sosial sudah ada yang baku (standar), karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Oleh karena itu peneliti harus mampu menyusun sendiri instrumen pada setiap penelitian dan menguji validitas dan reliabilitasnya.
            Validitas
Masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian pendidikan instrumen pegujian dirancang untuk membangun pengertian (meaning construct) seperti prestasi belajar, kecerdasan, kreativitas, bakat, sikap, motivasi dan lain-lain. Akan tetapi tidak ada instrumen yang langsung dapat dipakai seperti instrumen pada ilmu alam.
Validitas suatu instrumen bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaan instrumen tersebut. Suatu tes yang valid untuk satu situasi mungkin tidak valid untuk situasi yang lain. Misalnya tes matematika yang digunakan di amerika mungkin tidak valid bagi siswa di indonesia.. Tujuan tes juga merupakan faktor utama dalam penentuan validitas. Misalnya sutu tes matematika yang bertujuan mengukur kemampuan operasi hitung tidak akan valid yang bertujuan untuk mengukur kemampuan logika.
Terdapat berbagai jenis validitas yang digunakan dalam suatu penelitian. Akan tetapi jenis validitas yang paling terkenal dikerjakan oleh komisi gabungan the american psicological association, AERA dan the national council on measurement in education. Asosiasi ini membedakan tiga jenis validitas yaitu : validitas isi (content validity), validitas kriteria (critirion-related validity) dan validitas konstuk (constrack validity).
Validitas isi.
Validitas isi adalah drajat dimana sebuah instrumen mengukur cakupan substansi yang ingin diukur (sukardi : 2005). Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki. Dalam menilai validitas isi suatu instrumen maka hal yang harus diperhatikan adalah seberapa jauh suatu instrumen mencerminkan isi yang diukur.
Validitas isi biasanya ditentukan melalui perimbangan para ahli. Tidak ada formula matematis yang dapat menghitung dan tidak ada cara yang tepat untuk menunjukan secara pasti. Pengujian validitas isi pada suatu tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Validitas konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu instrumen mengukur sebuah konstruk sementara (hypotetical construct. Konstruk secara definitf merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui satu atau indra kita.  
Validitas konnstruk merupakan gabungan dari pendekatan logis dan empiris. Salah satu pendekatan logisnya adalah mempersoalkan unsur-unsur yang membentuk konstruk tadi. Segi lain pendekatan logis tersebut adalah pemeriksanaan butir instrumen guna menetapkan apakah butir-butir itu taampak cocok menafsirkan unsur-unsur yang terdapat dalam konstruk tadi.
Segi empiris dari validitas konstruk adalah : (1) secara internal , hubungan-hubungan yang ada di dalam instrumen hendaknya seperti yang diramalkan oleh bangunan-bangunan konstruk tersebut. (2) secara eksternal, hubungan-hubungan antara skor tes dengan pengamatan-pengamatan lainnya hendaknya konsisten dengan bangunan pengertian tersebut. (Donal Ary, 2000).
Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menentukan validitas konstruk diantaranya :
1.      Teknik korelasi
Dalam hal ini peneliti dapat mencoba menunjukkan bahwa suatu instrumen mempunyai korelasi tinggi dengan ukuran yang lain yang dianggap sebagai ukuran yang valid. Misalnya instrumen kecerdasan skolastik dikorelasikan dengan nilai sekolah, tes hasil belajar atau tes bakat yang dilakukan guru.
Hal lain yang dapat dilakukan dalam teknik korelasi ini adalah dengan analisis faktor. Analisis faktor adalah metode statistika yang menyelidiki antar hubungan seperangkat skor tes serta menetapkan jumlah faktor yang diperlukan untuk menerangkan antar hubungan itu.
2.      Study eksperimental
Dalam hal ini peneliti membuat suatu hipotesis bahwa skor suatu instrumen akan berubah apabila diberikan beberapa jenis perlakuan eksperimental. Misalnya instrumen untuk mengukur kecemasan, peneliti dapat membuat hypotesis bahwa skor pada skala itu akan berubah bila individu itu ditempatkan dalam situasi yang dapat menimbulkan kecemasan, maka diperoleh bukti bahwa skala tersebut benar-benar mengukur kecemasan.
3.      Perbandingan skor kelompok-kelompok tertentu
Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan kelompok-kelompok yang sebelumnya sudah diketahui berbeda dan membuat hipotesis bahwa skor dalam instrumen yang dipersoalkan itu akan dapat membedakan kelompok yang satu dengan yang lainnya. Misalnya skor tes bakat musik diharapkan dapat membedakan para mahasiswa yang sedang mengikuti pelajaran musik dengan mahasiswa biasa-biasa saja.
4.      Analisis intra tes
Dalam hal ini peneliti memeriksa tes itu sendiri serta mengumpulkan informasi tentang isi tes tersebut, proses yang digunakan dalam menjawab pertanyaan tes dan korelasi antara butir-butir tes tersebut. Data dari penyelidikan validitas isi dapat memberikan keterangan yang relevan mengenai validitas konstruck suatu tes.
Validitas kriteria
Validitas kriteria menunjuk pada hubungan antara skor suatu instrumen pengukuran dengan suatu variabel (kriteria) luar yang mandiri dan dipercaya dapat mengukur langsung tingkah laku atau ciri-ciri yang diselidiki. Misalnya jika seseorang menyelidiki hubungan antara skor suatu tes bakat skolastik dengan indeks prestasi (IP) diperguruan tinggi, maka itu berarti telah dilakukan validitas terhadap suatu kriteria.Kriteria yang dijadikan patokan bukanlah kriteria yang sembarangan akan tetapi kriteria tersebut harus memenuhi beberapa ciri-ciri yaitu : relevan, reliabel dan bebas dari bias.
Beberapa pendapat lain membedakan validitas kriteria menjadi dua yaitu validitas prediktif dan validitas konkurensi. Validitas prediktif berkenaan dengan korelasi antara skor suatu instrumen dengan kriteria tertentu yang terjadi dikemudian hari. Misalnya menguji validitas suatu tes matematika ketika siswa selesai menempuh pelajaran dikelas empat dikorelasikan dengan dengan skor tes matematika dengan kelas lima dikemudian hari dengan sampel yang sama. Validitas konurensi menunjukkan korelasi antara skor suatu instrumen dengan ukuran kriteria yang diperoleh pada waktu yang sama. Misalnya menguji validitas tes matematika diakhir semester dapat dilakukan dengan mengkorelasikan skor tes matematika pada saat belajar matematika.
Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur adalah drajat konsistensi alat tersebut dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (donal ary dkk, 2000). Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai realibilitas yang tinggi apabila isntrumen ang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu instrumen memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.
Terdapat beberapa tipe pengujian reliabilitas yang sering digunakan dalam kegiatan penelitian dan masing-masing jenis reliabilitas mempunyai konsistensi yang berbeda. Jenis reliabilitas tersebut diantaranya : tes-retes, ekuvalensi, dan teknik belah dua.
Reliabilitas tes-retes
Reliabilitas tes-retes merupakan drajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan suatu tes yang dilakukan dua kali atau lebih sebagai akibat kesalahan pengukuran. Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Reliabilitasnya diukur dengan koefesien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan kedua. Bila koefesien korelasinya positif dan signifikan maka dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
Reliabilitas ekuvalensi
Reliabilitas ekuivalensi adalah drajat reliabilitas dengan menggunaan pertanyaan yang berbeda dengan maksud yang sama. Dalam hal ini ada dua instrumen yang diuji cobakan satu kali dengan pertanyaan yang berbeda akan tetapi maksudnya sama. Jadi dalam reliabilitas ekuivalensi instrumennya ada dua tapi ekuivalen, respondennya sama dan diberikan pada waktu yang sama. Dua instrumen tersebut menggunakan bahasa yang berbeda tapi maksud atau tujuannya sama misalnya pada instruen pertama memuat pertanyaan tentang “berapa tahun anda bekerja di lembaga ini” kemudian instrumen yang kedua memuat pertanyaan “dari tahun berapakah anda bekerja di lembaga ini?”. Kedua pertanyaan ini memiliki perbedaan kata dalam bertanya akan tetapi maksudnya sama.
Reliabilitas ekuvalensi dihitung dengan mengkorelasikan instrumen pertama dan kedua jika nilai koefesien korelasinya positif dan signifikan maka instrumen tersebut reliabel.
Reliabilitas dengan teknik belah dua
Reliabilitas dengan teknik belah dua dilakukan dengan sekali pemberian tes kepada sekelompok subjek kemudian butir-butir instrumen tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sebanding. Untuk mencari besar reliabilitas dengan teknik belah dua adalah dengan melakukan korelasi terhadap butir yang dibagi menjadi dua bagian yang sebanding tadi kemudian menghitung koefesien korelasinya. Jika koefesien korelasinya positif dan signifikan maka instrumen tersebut reliabel.
Sukardi (2003) menyebutkan empat langkah dalam melakukan uji reliabilitas dengan teknik bagi dua :
1.      Melakukan pengetahuan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran
2.      Membagi tes yang ada menjadi dua atas dasar jumlah item yang paling umum dengan membagi ganjil dan genap pada kelompok tersebut
3.      Menghitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil
4.      Mengkorelasikan kedua skor tersebut dengan menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran.
Hasil korelasi yang diperoleh dari analisis belah dua adalah setengah dari hasil yang kita peroleh. Hasil tersebut hanya menciptakan artifilasi dua macam kelompok ekuivalen dan menghitung bentuk reliabilitas ekuivalensi yang direncanakan terjadi dalam waktu yang sama. Analisis ter
sebut dapat dikatakan sebagai reliabilitas konsistensi internal. Formula koreksi yang digunakan untuk melengkapkan hasil analisis adalah korelasi spearman-brown sebagai berikut :
 Untuk mencari rbelah dua dapat digunakan korelasi pearson sebagai berikut :