Jumat, 18 November 2011

Analisis SNP untuk menemukan Metode/pendekatan dalam pembelajaran

A.    Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Pembelajaran
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (permen no 19 tahun 2005 tentang SNP). SNP merupakan landasan dalam pelaksanaan pendidikan di indonesia baik yang formal maupun imformal. Dalam pelaksanaannya SNP terdiri dari bebepara lingkup yang kesemuanya sudah terangkum dalam permen nomor 19 tahun 2005 tersebut. Lingkup SNP tersebut adalah :
1.              Standar isi;
2.              Standar proses;
3.              Standar kompetensi lulusan;
4.              Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5.              Standar sarana dan prasarana;
6.              Standar pengelolaan;
7.              Standar pembiayaan;dan
8.              Standar penilaian pendidikan.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, SNP tersebut sudah memberikan kriteria pembelajaran yang diinginkan dan diharapkan yaitu dalam standar proses. Dalam standar proses yang tertuang dalam permen no 19 tahun 2005 disebutkan bahwa “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Kriteria yang dituntut SNP tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.      Pembelajaran interaktif
2.      Pembelajaran inspiratif
3.      Pembelajaran menyenangkan
4.      Pembelajaran menantang
5.      Pembelajaran partisipatif dan aktif
6.      Pembelajaran kreatif
7.      Pembelajaran kemandirian
Dari kriteria-kriteria tersebut, maka dibutuhkan metode/pendekatan yang tepat dan sesuai dengan kriteria di atas dan harus benar-benar mampu mencapai ketujuh kriteria yang dituntut SNP tersebut.
B.     Pengertian Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
1.      Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan rencana yang sistematis untuk menyampaikan informasi (Garlach dan Elly, 80:14). Metode dapat juga diartikan sebagai cara yang telah terpola tetap untuk memperoleh pengetahuan. Karenanya suatu metode bersifat prosedural, teknis dan implementatif. Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah : ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, laboratorium, penemuan, (discovery atau inquiri), investigasi, eksplorasi, pemecahan masalah, permainan, matematika di luar kelas, pemberian tugas (drill atau latihan), bermain peran, dan pembelajaran kooperatif.
2.      Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

3.      Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosodural yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Diantara model-model pembelajaran yang sering diterapkan adalah : model pembelajaran langsung, model pembelajaran pemecahan masalah, model pembelajaran penemuan, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kontekstual atau realistik dan lain sebagainya.
C.    Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Solving) sebagai salah satu metode pembelajaran yang dituntut SNP
Salah satu tuntutan SNP dalam pembelajaran adalah pembelajaran yang  menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Siswa dituntut untuk dapat menggunakan kemampuan berfikir dan bernalar sehingga pembelajaran tersebut menantang bagi siswa dan siswa secara tidak langsung akan ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menncapai hal tersebut adalah dengan metode pembelajaran berbasis masalah.
Pemecahan masalah adalah suatu usaha yang kompleks yang melibatkan konten matematika, strategi, proses berfikir dan penalaran, disposisi, keyakinan dan lain sebagainya (Bharath Sriraman & Lyn English, Theories of Mathematics Education,2010). Menurut polya (1957) solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhdap semua langkah yang telah diberikan. Berikut langkah-langkah metode pembelajaran berbasis masalah yang dikutip dari modul matematika SMP pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan (PPPPTK) :
a.       Memahami masalah
Pada langkah ini para pemecah masalah (siswa atau guru) harus dapat menentukan dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan mencatat hal-hal yang penting dan membuat tabel atau sketsa masalah yang dapat mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya.
b.      Merancang model matematika
Pada langkah ini para pemecah  masalah (siswa atau guru) harus dapat mengaitkan masalah yang ada menjadi masalah dalam pembelajaran. Misalnya dalam pembelajaran matematika, masalah yang ditemukan dibuat kedalam model matematika berbentuk persamaan atau pertidaksamaan atau lainnya. Hal ini sering dinamakan dengan istilan pemodelan (modelling)
c.       Menyelesaikan model
Dalam tahap ini siswa menyelesaikan masalah yang sudah dibuat menjadi model tadi sesuai dengan langkah-langkah yang ada pada penyelesaian model sesuai pemebelajaran. Misalnya masalah yang dimodelkan dengan persamaan linier satu variabel diselesaikan dengan metode penyelesaian persamaan linier satu variabel.
d.      Menafsirkan solusi
Setelah ditemukan penyelesaian terhadap model yang tadi maka langkah terakhir adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan penafsiran solusi dari langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut sesuai dengan apa yang sudah mereka kerjakan.
D.    Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Kaitannya Dengan Teori Belajar Behaviorisme Dan Konstruktivisme
Terdapat perbedaan pendapat terkait dengan hakikat dari belajar. Ada yang mengatakan bahwa belajar adalah proses transfer ilmu dari seorang yang lebih ahli (guru) kepada orang yang kurang ahli (siswa). Sehingga secara tidak langsung siswa dianggap sebagai seseorang yang kosong akan pengetahuan sehingga guru hanya mentransfer pengetahuan yang ada pada guru. Pendapat ini dibantah dengan mengataan bahwa belajar adalah proses membangun (konstruk) pengetahuan yang dimiliki siswa.
Dalam perkembangannya muncul beberapa teori belajar yang memiliki pendapat yang berbeda tentang belajar tersebut diantaranya adalah behaviorisme dan konstruktivisme.
Thornike, salah seorang penganut paham behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang sisebut stimulus (S) dengan respon ® yang diberikan atas stimulus tersebut. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecemderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons (R-S). belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Konstruktivisme adalah integrasi prinsip yang diekplorasi melalui teori chaos, network, dan teori kekompleksitas dan organisasi diri. Belajar adalah proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari peningkatan elemenelemen inti- tidak seluruhnya dikontrol oleh individu.
Metode pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran siswa ditutut untuk berpaartisipasi aktif dalam menemukan masalah, membuat model, menyelesaikan dan menafsirkan masalah tersebut. Dalam metode pembelajaran berbasis masalah terdapat pemberian stimulus berupa masalah dan adanya respon dari siswa berupa pembuatan model dan penyelesaian dari masalah tersebut. Hal ini berkaitan dengan teori belajar behaviorisme yang menekankan pada pemberian stimulus dan respon. Dalam penerapan metode pembelajaran berbasis masalah tersebut diharapkan terjadi perubahan tingkah laku dari siswa dimana yang tadinya siswa kurang aktif, setelah dilakukan proses pembelajaran berbasis masalah maka siswa akan menjadi aktif dan bisa memahami bagaimana menyelesaikan sebuah masalah.
Kaitannya dengan teori belajar konstruktivisme, metode pembelajaran berbasis masalah menekankan pada pembentukan pengetahuan siswa yang tadinya siswa memiliki pemahaman yang masih kacau maka dengan penerapan metode pembelajaran berbasis masalah tersebut, pembentukan struktur kognitif siswa dan interaksi dengan lingkungan akan tercipta. Dalam proses pembelajaran tersebut pengetahuan tidak hanya didapat dari guru saja akan tetapi dari pengetahuan yang dimilki siswa itu sendiri dan lingkungan.
Sumber :
Peraturan Mentri No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Shadiq, Fadjar, 2009, Modul Matematika SMP program bermutu : Model-model pembelajaran Matematika SMP, Yogyakarta :PPPPTK-Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan , 2009

Erman suherman dkk, 2001, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung : JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Sriraman, Bharath dan English, Lyn, 2010, Theories of Mathematics Education, London : Springer Heidelberg Dordrecht