Oleh:
Muhammad Syawahaid (11709251032)
Palupi Sri Wijayanti ( 11709251045)
PPs UNY Prodi Pendidikan Matematika Kelas C
Abstrak
Pembelajaran merupakan kegiatan
interaktif dan timbal balik antara pendidik dan peserta didik (katakan sebagai
siswa). Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan maka seorang pendidik
(katakana sebagai guru) seharusnya menyiapkan berbagai kebutuhan sebalum
mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. Merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang dilakukan guru sehingga
perlu untuk mempelajari teori-teori belajar walaupun implikasinya tak semanis
teorinya. Dengan demikian guru dapat berkreasi dan berinovasi pada kelasnya
dengan teori yang mendasari proses pembelajaran tersebut.
Terdapat banyak teori belajar
yang mendasari proses pembelajaran. Beberapa diantaranya yaitu teori Ausubel,
teori Gagne dan teori Baruda. Teori belajar Ausubel secara umum memaparkan
bahwa pembelajaran harus bermakna yang terbagi dalam dua dimensi yaitu
penyampaian informasi dan penemuan. Teori belajar Gagne yang menyatakan bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan
keduanya saling berinteraksi, serta teori belajar Baruda dapat dikatakan
sebagai social learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru
hal-hal yang dilakukan oleh orang lain sehingga lingkungan adalah faktor
penting yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah
pentingnya manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri.
A. Pendahuluan
Belajar merupakan pembahasan menarik yang menjadi
pusat perhatian para ahli psikologi pendidikan untuk mengungkap rahasia dibalik
belajar tersebut. Kaitannya dengan hal tersebut, beberapa ahli psikologi dari
berbagai aliran mendefinisikan istilah belajar, seperti Kimble (1961)
mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam
behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari
praktik yang diperkuat.
Definisi tersebut di atas tidak serta merta diterima
secara universal, beberapa ahli psikologi tidak menerima definisi tersebut.
Terlepas dari perbedaan pendefinisian istilah belajar, hal menarik yang penting
untuk diketahui adalah teori belajar dari beberapa tokoh (ahli) yang menjadi
sumber untuk pengembangan belajar maupun pembelajaran di dunia pendidikan.
Beberapa tokoh pendidikan (psikologi pendidikan) yang
menuangkan pemikirannya dengan melakukan penelitian untuk mengkaji belajar
adalah Ausubel (1963) dengan teorinya “Meaningful
Learning” atau belajar bermakna, Gagne dengan teorinya “Condition Learning” atau belajar pengkondisian, dan Baruda dengan
teorinya “Belajar meniru” serta banyak lagi tokoh lain yang mengkaji masalah
belajar tersebut.
B. Pembahasan
1. Teori Belajar Ausubel
David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan, melakukan
beberapa penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir sama dengan Burner,
Ia sangat tertarik dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Ia menjelaskan
bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang
pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia menyebut organisasi ini sebagai
struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar
untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi
baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran
sebelumnya.
David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori
belajar bermakna (meaningful learning).
Menurut Ausubel belajar bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang, selanjutnya bila
tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada
konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan
terjadi belajar hafalan.
Ia juga menyebutkan bahwa proses belajar tersebut terdiri dari dua proses yaitu proses penerimaan
dan proses penerimaan dan proses penemuan. (Ratna Wilis Dahar, 2006).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar
bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan
kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema
yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari
dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam system
pengertian yang telah dipunyainya.
Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok
konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah
dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam
konsep atau pengertian yang sudah dipunyai sisw. Keduanya mengandalkan bahwa
dalam pembelajaran itu aktif.
Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel
yaitu :
a. Pengaturan Awal, dalam hal ini hal yang perlu dilakukan adalah
mengarahkan dan membantu mengingat kembali.
b. Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyusun
konsep dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian kurang
ingklusif dan yang paling ingklusif.
c. Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut
telah dipelajari sebelumnya.
d. Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian
rupa hingga menggerakkan hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah.
Terdapat 8 langkah pembelajaran yang bisa dilakukan
dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel, yaitu :
1)
Menentukan tujuan pembelajaran
2)
Mengukur kesiapan siswa
3)
Memilih materi pembelajaran dan mengatur dalam
penyajian konsep
4)
Mengidentifikasi prinsif-prinsif yang harus dikuasai
peserta didik dari materi pembelajaran
5)
Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang
apa yang seharusnya dipelajari
6) Menggunakan “advance
organizer” dengan cara memberikan rangkuman dilanjutkan dengan keterkaitan
antara materi.
7)
Mengajar siswa dengan pemahaman konsep
8)
Mengevaluasi hasil belajar (Prasetyo Irawan, 1996)
2. Teori Belajar Gagne
Teori belajar Gagne didasarkan pada pembelajaran yang merupakan faktor
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran
harus dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.
Ahli belajar (learning theorist) Gagne telah membagi objek-objek
matematika yang diperoleh siswa menjadi objek langsung dan objek tak langsung
(Bell, 1978). Objek langsung adalah fakta (fact), konsep (concept),
prinsip (principle), dan keterampilan (skill). Sedangkan contoh
objek tak langsungnya adalah berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah,
sikap positif terhadap matematika, ketekunan dan ketelitian. (Fadjar Shodiq dan
Nur Amini Mustajab, 2011: 13). Jadi,
objek tak langsung adalah kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari
siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika.
Menurut Gagne penampilan-penampilan yang dapat diamati
sebagai hasil-hasil belajar disebut kapabilitas. Gagne mengemukakan 5 macam
kapabilitas, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, sikap dan keterampilan motorik. Keterampilan intelektual menurut
Gagne dikelompokkan ke dalam delapan tipe, yaitu: belajar isyarat, belajar
stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar
memperbedakan, belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah. Menurut Gagne sasaran
pembelajaran adalah kemampuan. Kemampuan yang dimaksudkan di sini adalah hasil
perilaku yang bisa dianalisis. Gagne berpendapat bahwa rangkaian belajar
dimulai dari prasyarat yang sederhana yang kemudian meningkat pada kemempuan
kompleks.
Didasarkan atas model pemrosesan informasi Gagne
mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau
guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi
dalam pikiran siswa. Didasarkan atas analisis kejadian-kejadian belajar, Gagne
menyarankan agar guru memperhatikan delapan kejadian instruksi waktu menyajikan
suatu pelajaran pada sekelompok siswa.
Kejadian-kejadian belajar
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne
menyarankan kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang
dapat memberikan instruksi; kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan
baik pada belajar penemuan, atau belajar di luar kelas, maupun belajar dalam kelas.
Tetapi kejadian-kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne ditunjukkan pada guru
yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa-siswa (Fadjar Shodiq dan
Nur Amini Mustajab, 2011: 3).
3. Teori Belajar Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian
meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan
oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan
santun dengan menggunakan hahasa yang baik dan benar, tingkah laku yang
terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka siswa akan menirunya.
Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun menirunya. Dengan
demikian guru harus menjadi manusia model yang profesional. Teori social
learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan
oleh orang lain. Dengan demikian, lingkungan adalah faktor penting yang
mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya
manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri
4.
Penutup
Definisi
dikalangan tokoh pendidikan memiliki perbedaan pendapat, akan tetapi beberapa
tokoh lebih menfokuskan pada teori belajar sebagai dasar teori untuk
pengembangan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. David ausubel menekankan
pada belajar bermakna yang mana belajar tidak hanya proses hafalan saja, akan
tetapi lebih kepada pemaknaan dalam belajar. Gagne lebih menekankan pada
pengkondisian belajar yang melahirkan taksonomi dalam belajar sedangkan baruda
lebih menfokuskan pada belajar meniru yang mana siswa belajar dengan meniru
orang lain terlebih gurunya sendiri.
5.
Daftar
Pustaka
Bell,
Frederick H. 1981. Teaching and Learning
Mathematics (in Secondary School) IOWA: WnC Brown Comp. Publisher.
Fadjar
Shodiq dan Nur Amini Mustajab. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran
Matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Richard I. Arends,2008, learning to teach: belajar untuk mengajar, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dahar, Ratna W, 2006, Teori-teori Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta: Erlangga