Selasa, 05 Juni 2012

TEORI BELAJAR AUSUBEL, GAGNE, dan BARUDA


Oleh:
Muhammad Syawahaid (11709251032)
Palupi Sri Wijayanti ( 11709251045)

PPs UNY Prodi Pendidikan Matematika Kelas C

Abstrak
Pembelajaran merupakan kegiatan interaktif dan timbal balik antara pendidik dan peserta didik (katakan sebagai siswa). Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan maka seorang pendidik (katakana sebagai guru) seharusnya menyiapkan berbagai kebutuhan sebalum mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. Merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang dilakukan guru sehingga perlu untuk mempelajari teori-teori belajar walaupun implikasinya tak semanis teorinya. Dengan demikian guru dapat berkreasi dan berinovasi pada kelasnya dengan teori yang mendasari proses pembelajaran tersebut.
Terdapat banyak teori belajar yang mendasari proses pembelajaran. Beberapa diantaranya yaitu teori Ausubel, teori Gagne dan teori Baruda. Teori belajar Ausubel secara umum memaparkan bahwa pembelajaran harus bermakna yang terbagi dalam dua dimensi yaitu penyampaian informasi dan penemuan. Teori belajar Gagne yang menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi, serta teori belajar Baruda dapat dikatakan sebagai social learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain sehingga lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri.

A.      Pendahuluan
Belajar merupakan pembahasan menarik yang menjadi pusat perhatian para ahli psikologi pendidikan untuk mengungkap rahasia dibalik belajar tersebut. Kaitannya dengan hal tersebut, beberapa ahli psikologi dari berbagai aliran mendefinisikan istilah belajar, seperti Kimble (1961) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari praktik yang diperkuat.
Definisi tersebut di atas tidak serta merta diterima secara universal, beberapa ahli psikologi tidak menerima definisi tersebut. Terlepas dari perbedaan pendefinisian istilah belajar, hal menarik yang penting untuk diketahui adalah teori belajar dari beberapa tokoh (ahli) yang menjadi sumber untuk pengembangan belajar maupun pembelajaran di dunia pendidikan.
Beberapa tokoh pendidikan (psikologi pendidikan) yang menuangkan pemikirannya dengan melakukan penelitian untuk mengkaji belajar adalah Ausubel (1963) dengan teorinya “Meaningful Learning” atau belajar bermakna, Gagne dengan teorinya “Condition Learning” atau belajar pengkondisian, dan Baruda dengan teorinya “Belajar meniru” serta banyak lagi tokoh lain yang mengkaji masalah belajar tersebut. 
B.       Pembahasan
1.      Teori Belajar Ausubel
David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan, melakukan beberapa penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir sama dengan Burner, Ia sangat tertarik dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Ia menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia menyebut organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran sebelumnya.
David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori belajar bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi belajar hafalan. Ia juga menyebutkan bahwa proses belajar tersebut terdiri dari dua proses yaitu proses penerimaan dan proses penerimaan dan proses penemuan. (Ratna Wilis Dahar, 2006).

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena,  dan fakta-fakta baru kedalam system pengertian yang telah dipunyainya.
Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai sisw. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif.
Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel yaitu :
a.    Pengaturan Awal, dalam hal ini hal yang perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membantu mengingat kembali.
b.   Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyusun konsep dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian kurang ingklusif dan yang paling ingklusif.
c.      Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut telah dipelajari sebelumnya.
d.      Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa hingga menggerakkan hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah.
Terdapat 8 langkah pembelajaran yang bisa dilakukan dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel, yaitu :
1)        Menentukan tujuan pembelajaran
2)        Mengukur kesiapan siswa
3)        Memilih materi pembelajaran dan mengatur dalam penyajian konsep
4)        Mengidentifikasi prinsif-prinsif yang harus dikuasai peserta didik dari materi pembelajaran
5)        Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang seharusnya dipelajari
6)     Menggunakan “advance organizer” dengan cara memberikan rangkuman dilanjutkan dengan keterkaitan antara materi.
7)        Mengajar siswa dengan pemahaman konsep
8)        Mengevaluasi hasil belajar (Prasetyo Irawan, 1996)
2.      Teori Belajar Gagne
Teori belajar Gagne didasarkan pada pembelajaran yang merupakan faktor sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran harus dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.
Ahli belajar (learning theorist) Gagne telah membagi objek-objek matematika yang diperoleh siswa menjadi objek langsung dan objek tak langsung (Bell, 1978). Objek langsung adalah fakta (fact), konsep (concept), prinsip (principle), dan keterampilan (skill). Sedangkan contoh objek tak langsungnya adalah berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan dan ketelitian. (Fadjar Shodiq dan Nur  Amini Mustajab, 2011: 13). Jadi, objek tak langsung adalah kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika. 
Menurut Gagne penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kapabilitas. Gagne mengemukakan 5 macam kapabilitas, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik. Keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan ke dalam delapan tipe, yaitu: belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah. Menurut Gagne sasaran pembelajaran adalah kemampuan. Kemampuan yang dimaksudkan di sini adalah hasil perilaku yang bisa dianalisis. Gagne berpendapat bahwa rangkaian belajar dimulai dari prasyarat yang sederhana yang kemudian meningkat pada kemempuan kompleks.
Didasarkan atas model pemrosesan informasi Gagne mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Didasarkan atas analisis kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan agar guru memperhatikan delapan kejadian instruksi waktu menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa.
Kejadian-kejadian belajar
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi; kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan, atau belajar di luar kelas, maupun belajar dalam kelas. Tetapi kejadian-kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne ditunjukkan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa-siswa (Fadjar Shodiq dan Nur  Amini Mustajab, 2011: 3).
3.      Teori Belajar Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan hahasa yang baik dan benar, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka siswa akan menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun menirunya. Dengan demikian guru harus menjadi manusia model yang profesional. Teori social learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian, lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri
4.        Penutup
Definisi dikalangan tokoh pendidikan memiliki perbedaan pendapat, akan tetapi beberapa tokoh lebih menfokuskan pada teori belajar sebagai dasar teori untuk pengembangan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. David ausubel menekankan pada belajar bermakna yang mana belajar tidak hanya proses hafalan saja, akan tetapi lebih kepada pemaknaan dalam belajar. Gagne lebih menekankan pada pengkondisian belajar yang melahirkan taksonomi dalam belajar sedangkan baruda lebih menfokuskan pada belajar meniru yang mana siswa belajar dengan meniru orang lain terlebih gurunya sendiri.
5.        Daftar Pustaka

Bell, Frederick H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School) IOWA: WnC Brown Comp. Publisher.

Fadjar Shodiq dan Nur  Amini Mustajab. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Richard I. Arends,2008, learning to teach: belajar untuk mengajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahar, Ratna W, 2006, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga