Kuliah Analisis Real

Mata Kuliah untuk meningkatkan kemampuan analisis khususnya yang berkaitan dengan bilangan Real (nyata).

Kuliah Persamaan Differensial

Mata Kuliah untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan Persamaan Diferensial.

Kuliah Teori Bilangan

Mata Kuliah untuk pengembangan pengetahuan tentang bilangan khususnya yang berkaitan dengan Bilangan Bulat.

Dunia Komputer

Pengetahuan tentang Dunia Komputer disertai Trik dan Service.

Dunia Pendidikan

Pendidikan Dasar, Menengah dan Perguruan Tinggi serta Teori-teori Kependidikan.

Jumat, 13 April 2012

INGATAN (MEMORY)

Ketika seorang siswa disuruh mengingat pelajaran, kebanyakan dari mereka susah dalam menuangkan apa yang sudah mereka pelajari. Siswa cendrung susah dalam mengundang konsep yang pernah ada dalam memori mereka untuk dituangkan dalam sebuah tulisan atau ungkapan. Mengingat merupakan salah satu dari aktivitas otak yang cukup sulit untuk dilakukan karena mengingat membutuhkan suatu rangsangan atau stimulus sehingga apa yang sudah tersimpan dalam memori siswa mudah untuk dikeluarkan.
Masyarakat awam mengira bahwa ingatan adalah tempat khusu penyimpanan informasi sehingga diduga bahwa dalam ingatan berjejel tumpukan pengetahuan masa lalu, akan tetapi pada dasarnya ingatan merupakan kumpulan reaksi elektrokimia rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik diseluruh bagian otak. Menurut Eric Jensen dan Karen Markowitz (2003:21) memberikan definisi ingatan sebagai suatu proses biologis yakni informasi diberi kode dan dibangkitkan kembali yang pada dasarnya menjadi sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Ingatan memberi manusia titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan.
A.      Jenis-jenis ingatan
Terdapat beberapa jenis ingatan dari sudut pandang yang berbeda diantaranya adalah :
1.         Menurut waktu
a.       Ingatan jangka pendek
Ingatan jangka pendek terlihat ketika seseorang mengingat sesuatu dalam waktu yang relatif singkat atau tidak terlalu lama seperti mengingat rumus yang agak rumit, bagi sebagian orang mengingat rumus tersebut tidak bertahan lama karena otak menganggap itu sebagai sesuatu yang berat untuk disimpan.
b.      Ingatan jangka panjang
Ingatan jangka panjang terlihat ketika seseorang mengingat nama teman yang sering bersama dia atau mengingat sesuatu yang ia senangi, hal tersebut menurut sebagian orang susah untuk dilupakan karena otak menganggap itu sebagai sesuatu yang tidak memberatkan.
c.         Menurut lamanya
a.       Ingatan persepsi langsung
Ingatan persepsi langsung disimpan selama kurang dari satu detik misalnya untuk menginterprestasikan serangkaian gambar seperti gambar yang bergerak atau serangkaian kata hingga kata tersebut diketik atau ditulis.
b.      Ingatan aktif
Ingatan aktif berlangsung cukup lama contohnya ketika seseorang melihat nomer telepon lalu ia menuliskan nomer telepon yang baru saja dilihatnya.
c.         Menurut pengkodean dan bagaimana ingatan tersebut dipanggil
a.       Ingatan implisit
Ingatan implisit merupakan ingatan yang dicapai secara organis atau secara otomatis. Ingatan ini terdiri dari 4 bentuk yaitu :
-         Ingatan procedural
Ingatan prosuderal adalah ingatan yang disimpan setelah melakukan kegiatan atau keahlian yang dipelajari, misalnya saat mengingat belajar naik motor, memancing, atau mengendarai mobil yang belum lama dikerjakan. Ingatan ini lebiih terkait dengan segala sesuatu yang sifatnya cara melakukan sesuatu.
-         Ingatan reflektif
Ingatan reflektif merupakan ingatan mendasar yang membuat manusia dapat bertahan hidup. Alur ingatan ini mengkodekan, menyimpan, dan memanggil kembali informasi secara langsug dan naluriah. Salah satu fungsi terpenting dari ingatan reflektif adalah menjauhkan manusia dari marabahaya contohnya adalah keingianan seseorang yang menginjak rem apabila ada seseorang didepannya.
-         Ingatan indrawi
Ingatan indrawi terkait dengan jalur perjalanan ingatan menuju otak mealui alur indrawi, misalnya ingatan yang ditangkap oleh mata akan disimpan sebagai gambaran nyata dalam bagian otak yang disebut korteks visual. Ingatan indrawi sering disebut sebagai ingatan visual yang merupakan cara untuk memberi petunjuk visual misalnya menggunakan symbol, benda, tempat dan lain sebagainya. Sebagai contoh seorang siswa akan mengingat tentang persegi manakala ia dihadapkan pada bangun kubus.
-         Ingatan emosional
Ingatan emosional terkait dengan semua informasi yang disimpan dalam otak sebagai akibat dari stimulasi indrawi yang sangat kuat, mulai dari rasa takut sampi gembiara.
b.      Ingatan eksplisit
Ingatan eksplisit merupakan suatu ingatan yang diperoleh melalui suatu maksud atau tujuan. Pemfungsian ingatan eksplisit membutuhkan perhatian, pemusatan perhatian dan pelatihan untuk mengingat. Ingatan ini terbagi menjadi dua yaitu :
-         Ingatan semantic
Ingatan semantic merupakan sistim penampilan ingatan yang paling lemah yaitu ingatan yang baru diproses. Seperti mengingat nama, nomor, tanggal, nomor induk dan lain sebagainya
-         Ingatan episodic
Ingatan episodic mengacu pada ingatan akan tempat, lingkungan atau peristiwa sebagai pemicu untuk membangkitkan suatu ingatan. Sebagai contoh misalnya ketika siswa ditanya bagaimana pengalaman saat di Sekolah dasar? Maka siswa tersebut teringat akan suatu peristiwa sebagai pemicu untuk membangkitkan ingatan tentang pengalaman saat di sekolah dasar misalnya peristwa saat ia mendapatkan juara umum setiap tahun dan lain sebagainya.
Terdapat satu ingatan yang beberapa ahli menggolongkannya kedalam ingatan reflektif atau ingatan emosional, yaitu ingatan lampu kilat yaitu ingatan yang terkait dengan ingatan yang sangat kuat yang ditimbulkan oleh kejadian yang mengguncang emosi yang mengejutkan. Ingatan seperti ini biasanya tertanam dalam pikiran banyak orang misalnya ingatan akan terjadinya tsunami di Aceh, gempa dahsyat di Jogjakarta dan lain sebagainya.
B.       Tahapan dalam mengingat
Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk bisa muncul kembali. Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu:
a.    Memasukan pesan dalam ingatan (encoding).
b.    Penyimpanan ingatan (storage).
c.    Mengingat kembali(retrieval).
Walgito (2004), yang menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mengingat, yaitu mulai dari memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), menimbulkan kembali (remembering). Lebih jelasnya lagi adalah sebagai berikut: 
a)      Memasukkan (learning)
Cara memperoleh ingatan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu :
a.         Secara sengaja ; bahwa sesorang dengan sengaja memasukkan informasi, pengetahuan, pengalaman-pengalamanya kedalam ingatannya.
b.         Secara tidak disengaja ; bahwa sesorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan, pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya: jika gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian.
b)      Menyimpan 
Tahapan kedua dari ingatan adalah penyimpanan atau (retention) apa yang telah dipelajari. Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulakn kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan kelupaan.
c)      Menimbulkan kembali
Menimbulkan kembali ingatan yang sudash disimpan dapat ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize). Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga tahap mengingat, yaitu tahap pemasukan informasi dan pesan-pesan kedalam ingatan , tahap penyimpanan ingatan dan tahap mengingat kembali. 
C.      Prinsip dasar dalam mengingat
Seseorang cendrung mengingat (1) informasi yang membantu untuk tetap hidup, (2) sesuatu yang menarik minat (3) sesuatu yang berarti (4) sesuatu yang dilatih (5) sesuatu yang dihubungkan dengan pembelajaran masa lalu. Sementara itu seseorang cendrung melupakan (1) sesuatu yang tidak berarti (2) sesuatu yang tidak melibatkan (3) sesuatu yang tidak dilatih, diulang atau digunakan (4) sesuatu yang terlalu menyakitkan untuk diingat.
Eric Jensen dan Karen Markowitz menyebutkan beberapa prinsif dasar mengingat, yaitu :
  • a.   Keterkaitan pribadi
  • b.  Konsentrasi
  • c.  Persepsi multi indrawi
  • d. Kondisi ketergantungan
  • Mnemonic
  • f.     Suasana hati atau sikap
  • g.    Organisasi mental

  
D.      Strategi mengingat sesuatu yang penting
a.         Keyakinan positif
b.         Pengamatan yang cermat
c.         Pertimbangkan konsep
d.        Prinsip Awal, Akhir dan Tengah (AAT)
e.         Berupaya untuk aktif
f.          Mengelompokkan
g.         Melbatkan emosi
E.       Mempertahankan dan memperkuat ingatan
a.         Tidur yang cukup
b.         Membuat interval pembelajaran
c.         Membuat menjadi penting
d.        Menggunakan
e.         Menyimpan dalam wadah keras
f.          Membentuk sebuah kebiasaan

  

DAFTAR PUSTAKA
Afiatin, T. Belajar Pengalaman Untuk Meningkatkan Memori. Anima, Indonesian Psychological Journal. 2001. Vol. 17. No. 1. 26-35. 

Atkinson, R , Richard, A, Hilgard, E .2000. Pengantar Psikologi. Jilid 1, Edisi 8. Penerjemah : Agus, D, Michael, A. Jakarta : Penerbit Erlangga. 

Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi, Edisi 1, Cetakan 10. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ismoyo, Dina A.W. 2006. Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Memory Jangka Pendek. Skripsi. (Tidak Diterbitkan).

Mahmud, 2010, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia

Matlin, M. W. 1998. Cognition. Fourth Edition. Florida : Harcourt Brase & Company.

Rabu, 11 April 2012

Kecemasan Matematika dan Cara Menguranginya

Kecemasan Matematika dan Cara Menguranginya
(Mathematic Anxiety and How to Reduce It)
Oleh :
M. Syawahid (11709251032)
Mahasiswa Kelas C Prodi Pendidikan Matematika PPs UNY 2011

Abstrak
Pembelajaran matematika merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap pengembangan ilmu matematika yang merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang menjadi tonggak untuk kemajuan suatu Negara. Pengembangan tersebut sudah dilakukan dari sejak dulu dan diberikan kepada masyarakatt Indonesia mulai sejak dini.Usaha pengembangan tersebut tidak serta merta berjalan begitu saja, terdapat hambatan yang terjadi khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran matematika atau pandangan beberapa siswa terhadap matematika itu sendiri. Kecemasan merupakan salah satu hal yang melanda sistim pembelajaran khususnya pembelajaran matematika.Beberapa tokoh telah mendifinisikan kecemasan matematika sebagai sebuah gangguan pskologi berupa perasaan takut dan cemas dalam menyelesaikan persoalan matematika. Tokoh-tokoh yang lain juga sudah banyak memberikan definsi mengenai kecemasan matematika dan mereka meneliti bentuk-bentuk kecemasan yang ada dari tinjauan yang berbeda.Selain memberikan definisi dan bentuk, kecemasan juga bias dikurangi dengan langkah-langkah yang bisa dilakukan sesuai dengan hasil penelitian tokoh maupun akademisi dibidang pendidikan dan psikologi. Beberapa langkah tersebut kiranya dapat mengurangi kecemasan yang ada untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan dan berpusat pada siswa. 
A.   Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat berkembang pesat dalam meningkatkan kemajuan suatu Negara. Salah satu wujud dari kemajuan suatu Negara adalah dengan adanya kemajuan di bidang teknologi dan kemajuan teknologi akan ada ketika kemajuan dalam bidang science juga mengalami kemajuan termasuk didalamnya ilmu matematika.
Pengembangan matematika tersebut tentu juga tidak lepas dari bagaimana matematika di ajarkan lembaga pendidikan, hal ini sudah menjadi barang tentu bahwa pendidikan matematika di sekolah merupakan pondasi kuat dalam pengembangan matematika di suatu Negara termasuk Indonesia. Usaha Indonesia dalam pengembangan sains dan matematika terlihat dari pemberian mata pelajaran matematika dari sejak dini. Hudoyo (Nawangsari,   2000)   berpendapat pemfokusan   pelajaran   matematika disebabkan   matematika   merupakan dasar   untuk   mengembangkan   ilmu, sehingga   mutlak   diperlukan   tenaga yang   terampil   dan   pandai   dalam matematika.  Bila  perkembangan  ilmu matematika   dapat   berjalan   sesuai dengan yang diharapkan maka akan di peroleh   generasi   yang   berkualitas   di masa yang akan datang. Namun usaha tidak   selalu   sama   dengan   yang diharapkan. Terkadang hambatan tersebut muncul baik dari dalam diri peserta didik maupun dari lingkungan sekitar atau bahkan dari matematika itu sendiri karena sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa matematika bukan ilmu yang mudah untuk dipelajari.
Salah satu hambatan yang terjadi saat ini adalah kecemasan matematika. Kecemasan   merupakan   suatu perasaan   tidak   nyaman   yang   sering terjadi  di  dalam kehidupan sehari-hari manusia.   Hurlock   (1997)   berpendapat   bahwa   kecemasan merupakan sebuah ungkapan perasaan individu   terhadap   suatu   situasi   yang dapat   diekspresikan melalui  beberapa cara,  yaitu:  dengan  cara  yang mudah dikenali seperti kekhawatiran individu, individu   menjadi   mudah   marah. Kecemasan  terlihat  dari  kekhawatiran atau   ketakutan   individu   pada   hal-hal tertentu,   misalnya:   kecemasan   pada bidang  matematika.
Kecemasan matematika banyak terjadi dikalangan remaja dan bahkan menjadi penentu bagi pandangan mereka terhadap matematika kedepannya. Kecemasan   remaja   dalam menghadapi   matematika   dikarenakan adanya   beberapa   faktor,   yaitu   faktor inteligensi, faktor di dalam diri remaja dan   faktor   lingkungan.  Ellis   (Alsa,   1984)   mengatakan   bahwa kecemasan   pada   remaja   disebabkan oleh   adanya   tingkat  inteligensi  yang berbeda   pada   diri   remaja.   Hal   ini dijelaskan   oleh   Zeidner   (1998) kecemasan   seseorang   terhadap pelajaran   matematika   dikarenakan kurangnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran   matematika. Kurangnya ketertarikan   siswa   terhadap   pelajaran matematika   disebabkan   oleh inteligensi   siswa   dalam   pelajaran matematika,  siswa   yang   memiliki inteligensi tinggi akan cenderung lebih tertarik   dan   akan   lebih   evaluatif terhadap   pelajaran   matematika sedangkan   siswa   yang   memiliki inteligensi rendah akan kurang tertarik dan   kurang   evaluatif   terhadap pelajaran matematika (Zeidner,  1998).
Ketertarikan   siswa   dan   siswi   dalam pelajaran matematika berbeda-beda, di mana   siswa  pria   lebih  tertarik dalam pelajaran   matematika   dibandingkan dengan   siswa  wanita   sehingga   siswa wanita   lebih   mudah   cemas   dalam menghadapi  matematika dibandingkan dengan   siswa   pria   (Yoenanto, 2000). Sedangkan   menurut   Hudoyo (dalam Nawangsari, 2000), kecemasan siswa   dalam   pelajaran   matematika dipengaruhi   oleh   pengalaman   belajar matematika   yang   diterima   siswa   di masa   lampau.
B.   Pembahasan
1.              1. Pengertian Kecemasan dan Kecemasan Matematika
Salah satu bentuk perasaan seorang siswa ketika menghadapi ujian khususnya ujian matematika adalah terjadinya perasaan tidak mengenakkan atau merasa takut dan tegang. Beberapa siswa kdang menyingkapi ujian sebagai sebuah permasalahan dalam hidupnya baik karena nantinya ia akan malu karena tidak mendapat nilai yang bagus atau karena merasa tidak percaya diri dengan persiapan yang dimilikinya.
Perasaan takut atau tegang dalam menghadapi suatu persoalan tersebut sering disebut kecemasan. Terdapat beberapa definisi kecemasan menurut beberapa ahli diantaranya yaitu :
a.    Crow   dan   Crow   (Hartanti,   1997)   mengemukakan bahwa kecemasan   adalah   sesuatu kondisi   kurang   menyenangkan yang di alami  oleh  individu yang dapat   mempengaruhi   keadaan fisiknya.
b.      Menurut   Rathus   (Nawangsari,   2001)   kecemasan didefinisikan   sebagai   keadaan psikologis   yang   ditandai   oleh adanya   tekanan,   ketakutan, kegalauan   dan   ancaman   yang berasal dari lingkungan. Sementara itu   menurut  
c.   Zakiyah   Derajat (Hartanti,  1997)  kecemasan adalah   manifestasi   dari   berbagai proses   emosi   yang   bercampur aduk,  yang  terjadi  ketika  individu sedang   mengalami   tekanan perasaan   atau   frustasi   dan pertentangan   batin   atau   konflik.
d.    Nawangsari (2000)   kecemasan   adalah   suatu kondisi  yang  tidak menyenangkan meliputi   rasa   takut,   rasa   tegang, khawatir, bingung, tidak suka yang sifatnya   subjektif   dan   timbul karena adanya perasaan tidak aman terhadap bahaya yang diduga akan terjadi.
Kaitannya dengan pembelajaran khususnya pelajaran matematika, banyak ahli psikologi belajar mengajar membuat istilah kecemasan matematika (anxiety mathematic). Para ahli tersebut juga memberikan definisi yang berbeda terkait dengan kecemasan matematika. Diantaranya yaitu :
a.         Harding (2006), for example, defines math anxiety as a learned emotional response which usually comes from negative experiences in working with teachers, tutors, classmates, parents or siblings.
b.         Terrell (2006) focuses on the physical manifestation of math anxiety in defining math anxiety as a feeling of anxiousness, fear, nausea, frustration, and uncertainty brought about by a request to perform mathematic operations or use mathematics to problem solve
c.         Tobian S (1993) mendifinisikan kecemasan matematika sebagai perasaan tegang dan cemas yang mengganggu proses manipulasi angka dan proses pemecahan masalah matematika dalam kehidupan biasa maupun akademik serta dapat menghilangkan rasa percaya diri seseorang.
Dari definisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kecemasan matematika merupakan bentuk perasaan seseorang baik berupa perasaan takut, tegang ataupun cemas dalam menghadapi persoalan matematika atau dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan berbagai bentuk gejala yang ditimbulkan. Orang yang memiliki kecemasan matematika cendrung menganggap matematika sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan. Perasaan tersebut muncul karena beberapa factor baik itu berasal dari pengalaman pribadi terkait dengan guru atau ejekan  teman karena tidak bisa menyelesaikan permasalahan matematika.
2.          2. Bentuk-bentuk Kecemasan dan Gejala Yang Ditimbulakan
Menurut Freud (Corey, 1998:17) ada tiga macam kecemasan:
a.    Kecemasan Realistik adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan  ancaman yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari kecemasan jenis ini disebut sebagai rasa takut. Persis inilah yang dimakud Freud dalam bahasa jerman, tapi penerjemahnya dianggap ”takut” (fear) terkesan terlalu umum. Contohnya sangat jelas, jika seseorang  melempar seekor ular berbisa kedepan orang lain, maka orang tersebut pasti akan mengalami kecemasan ini.
b.    Kecemasan Moral, kecemasan ini akan dirasakan ketika ancaman datang bukan dari dunia luar atau dari dunia fisik, tapi dari dunia sosial super ego yang telah diinternalisasikan ke dalam diri seseorang. Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi. Kecemasan bentuk ini merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri.
c.    Kecemasan Neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan ide, jika seseorang pernah merasakan ’kehilangan ide, gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran, maka orang tersebut saat itu sedang mengalami kecemasan neurotik. Neurotik adalah kata lain dari perasaan gugup. Kecemasan jenis terakhir inilah yang paling menarik perhatian Freud, dan biasanya disebut dengan kecemasan saja.
Lahey & Ciminero (1980: 192-195), menyebutkan jenis-jenis kecemasan berdasarkan sifatnya adalah :
a.    Kecemasan bersifat afersif. Kecemasan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga seseorang yang mengalaminya dengan intensitas tinggi biasanya berusaha keras untuk mengurangi atau menghindari kecemasan dengan menghindarkan diri dari berbagai stimulus yang dapat menghasilkan kecemasan.
b.    Kecemasan bersifat mengganggu. Kecemasan dapat menjadi pengalaman yang mengganggu kemampuan kognitif dan motorik.
c.    Kecemasan yang bersifat psikofisiologis. Kecemasan berkaitan dengan pengalaman aspek psikologis dan biologis, artinya selama periode kecemasan berlangsung terjadi perubahan dalam pola perilaku atau perubahan psikologis dan gejala-gejala fisiologis.
Menurut Kartono (1989,140) terdapat macam-macam kecemasan antara lain:
a.    Kecemasan Super Ego. Kecemasan ini khusus mengenai diri setiap orang, dalam arti diri sendiri tubuh dan kondisi psikis sendiri., misalnya cemas kalau nanti dirinya gagal, sakit, mati, ditertawakan orang, dituduh, dihukum, hilang muka, kehilangan barang-barang atau orang yang disayangi.
b.    Kecemasan Neurotis. Suatu kecemasan yang erat kaitannya dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri yang negative bayak disebabkan rasa bersalah atau berdosa, serta konflik-konflik emosional serius dan kronis berkesinambungan, dan frustrasi-fustrasi serta ketegangan-ketegangan batin.
c.    Kecemasan Psikotis. Kecemasan karena merasa terancam hidupnya dan kacau kalau ditambah kebingungan yang hebat, disebabkan oleh dispersonalisasi dan disorganisasi psikis.
Menurut Richard & lazarus (1969) kecemasan mempunyai 2 arti yaitu:
a.    Kecemasan sebagai suatu respon. Kecemasan ini yaitu reaksi individu terhadap kejadian atau peristiwa yang menimpa dirinya. hal ini dapat dilihat dari apa yang dilakukannya, apa yang dikatakannya, dan perubahan-perubahan fisik yang terjadi. Hampir semua individu merasakan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan dan sebagainya. Kecemasan dipandang sebagai suatu respon terhadap kondisi tertentu. Karena merupakan keadaan yang subyektif maka tak dapat diamati secara langsung. Hal ini hanya dapat diketahui dengan menarik suatu kesimpulan melalui penyebab dan akibatnya.
b.    Kecemasan sebagai variabel perantara. Reaksi dan keadaan yang disebabkan oleh beberapa stimulius yang dapat berakibat tertentu dan dirasakan oleh dindividu lebih lanjut, atau suatu keadaan yang mempengaruhi rangkaian stimulus dan respon. kecemasan ini tidak dapat diketahui secara langsung, dari keadaan yang mendahului serta akibat-akibatnya. Jadi yang dapat diamati adalah kondisi stimulus dan tingkah laku cemas yang mendahului dan mengenai akibat-akibat fisiologis dari keadaan cemas. Hal ini didukung dengan teori crow dan crow (1973) bahwa kecemasan yang dialami individu dapat mempengaruhi fisik individu yang bersangkutan. Kecemasan ini tidak selalu berdasarkan atas kenyataan, tetapi dapat juga hanya merupakan imajinasi individu.
Darajat (1977,27) menyebutkan bahwa terdapat macam-macam atau bentuk-bentuk kecemasan, antara lain :
a.    Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui adanya bahaya yang mengancam dirinya.
b.    Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
c.    Rasa cemas karena merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan hati nurani. (http://wangmuba.com/2009/02/13/macam-macam-kecemasan/)
Dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, beberapa siswa tidak dapat menyerap materi yang dipelajari secara cepat atau bahkan sangat sulit untuk bersama dalam memahami materi yang dipelajari. Hal tersebut berdampak pada terjadinya kecemasan pada diri siswa yang cendrung berdampak negative yang mana kecemasan yang dialami siswa akan semakin menanamkan keraguan pada diri siswa karena merasa tertinggal dan susah dalam memahami selanjutnya.
Adapun gejala-gejala reaksi cemas yang timbul menurut Spielberger (widyastuti, 2005: 55) dapat dibedakan menjadi state anxiety dan trait anxiety. State anxiety yaitu gejala-gejala kecemasan yang timbul apabila individu dihadapkan pada situasi tertentu dan gejala tersebut akan tampak selama kondisi itu ada, sedangkan trait anxiety yaitu kecemasan dipandang sebagai suatu keadaan yang menetap pada individu artinya individu itu cendrung untuk menjadi cemas dalam menghadapi berbagai macam situasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Godbey (Gayatri, 2008) dengan judul mathematic anxiety and the underprepared student menyebutkan bahwa terdapat beberapa gejala math anxiety. Gejala-gejala tersebut meliputi rasa mual, badan terasa panas, ketegangan yang berlebihan, ketidakmampuan mendengarkan guru, mudah terganggu oleh suara-suara, ketidakmampuan konsentrasi, negative self talk, sakit perut, pikiran tiba-tiba kosong dan berkeringat.
Selanjutnya Elliot (Kidd, 2003) menyatakan terdapat 3 tipe orang yang merasa cemas terhadap matematika, yaitu :
a.    Orang yang hapal matematika tetapi mereka tidak mengaplikasikan konsep yang diperoleh (the mathematics memorizer)
b.    Orang yang menghindari matematika (the mathematic avoider)
c.    Orang yang merasa tidak kompeten dalam bidang studi matematika (the self professed mathematics incompetent)
 3.      Cara Mengurangi  Kecemasan Matematika (How to Reduce Math Anxiety)
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para ahli untuk mengaasi kecemasan khususnya kecemasan matematika. Beberapa ahli menggunakan teknologi pencitraan otak untuk pertama kalinya terhadap orang yang mengalami kecemasan dalam mengerjakan soal matematika, para ilmuwan telah memperoleh pengetahuan baru bagaimana beberapa siswa mampu mengatasi ketakutan mereka dan berhasil dalam matematika.
Para peneliti dari University of Chicago menemukan hubungan yang kuat antara keberhasilan dalam mengerjakan soal matematika dengan aktivitas dalam jaringan area otak di lobus frontal dan parietal yang terlibat dalam mengontrol perhatian dan mengatur reaksi emosional negatif. Respon ini muncul ketika orang kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.
Menurut Sian Beilock, profesor psikologi di University of Chicago, para guru serta siswa dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan kinerja dalam matematika. Beilock dan Ian Lyons, mahasiswa PhD, melaporkan temuan mereka dalam artikel, Matematika Kecemasan: Memisahkan Matematika dari Kecemasan, diterbitkan pada jurnal Cerebral Cortex.
Studi ini menemukan bahwa untuk siswa dengan tingkat kecemasan tinggi pada matematika yang dapat mengerjakan tugas matematika dengan baik, aktivitas otak mereka yang bekerja selama fase antisipasi memulai kaskade aktivitas otak ketika menyelesaikan tugas matematika. Kegiatan otak ini tidak melibatkan daerah yang biasanya terkait dalam perhitungan numerik. Sebaliknya, kegiatan ini lebih terkait dengan motivasi.
Penelitian ini juga menyoroti bagaimana orang-orang yang gugup mengerjakan soal matematika dapat bersikap biasa saja dalam situasi sehari-hari, seperti menyeimbangkan buku cek. Mengambil nafas sebelum mengerjakan sesuatu dapat membantu seseorang menjadi lebih fokus untuk melakukan matematika, dan lebih pada apa yang sebenarnya perlu dilakukan. "Ketika Anda membiarkan otak Anda melakukan tugasnya, biasanya dia akan melakukannya. Jika mengerjakan matematika membuat Anda cemas, maka tugas pertama Anda adalah untuk menenangkan diri," kata Lyons. (Laksmi I.R./KlikHeadline)
Menurut Profesor Freedman ada 10 cara untuk mengatasi kecemasan matematika (Ten Ways To Reduce Math Anxiety)
1.         Overcome negative self-talk.
2.         Ask questions.
3.         Consider math a foreign language — it must be practiced.
4.         Don’t rely on memorization to study mathematics.
5.         READ your math text.
6.         Study math according to YOUR LEARNING STYLE.
7.         Get help the same day you don’t understand.
8.         Be relaxed and comfortable while studying math.
9.         “TALK” mathematics.
10.     Develop responsibility for your own successes and failures. (Freedman, 2012)
Dari uraian pendapat diatas, beberapa hal ini mungkin dapat meminimalkan kecemasan matematika:
1.         Memberikan penjelasan rasional pada siswanya mengapa mereka harus belajar matematika;
2.         Menanamkan rasa percaya diri terhadap siswa bahwa mereka bisa belajar matematika, guru dapat memberikan latihan-latihan soal yang mudah-mudah saja sehingga mereka bisa mengerjakan soal-soal tersebut;
3.         Menghilangkan prasangka negatif terhadap matematika, dengan cara memberikan contoh-contoh yang sederhana sampai dengan yang kompleks tentang kegunaan matematika;
4.         Membelajarkan matematika dengan berbagai metode yang bisa mengakomodir berbagai model belajar siswa;
5.         Tidak mengutamakan hafalan dalam pembelajaran matematika;
6.         Pada saat pembelajaran matematika, jadikan kelas matematika menjadi kelas yang menyenangkan dan nyaman;
7.         Pada saat bertemu dengan siswa dimanapun, jangan segan-segan untuk  menyisipkan pembicaraan yang menyangkut tentang pembelajaran matematika kepada mereka;
8.         Menanamkan rasa tanggung jawab kepada siswa untuk memutuskan kesuksesan mereka;
C.      Penutup
Kecemasan   adalah   suatu kondisi  yang  tidak menyenangkan meliputi   rasa   takut,   rasa   tegang, khawatir, bingung, tidak suka yang sifatnya   subjektif   dan   timbul karena adanya perasaan tidak aman terhadap bahaya yang diduga akan terjadi sedangkan kecemasan matematika merupakan bentuk perasaan seseorang baik berupa perasaan takut, tegang ataupun cemas dalam menghadapi persoalan matematika atau dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan berbagai bentuk gejala yang ditimbulkan.
Kecemasan matematika dapat menimbulkan gejala-gejala yang tidak baik dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Beberapa gejala yang timbul saat seseorang mengalami kecemasan matematika meliputi rasa mual, badan terasa panas, ketegangan yang berlebihan, ketidakmampuan mendengarkan guru, mudah terganggu oleh suara-suara, ketidakmampuan konsentrasi, negative self talk, sakit perut, pikiran tiba-tiba kosong dan berkeringat.
Adapun langkah yang dapat dilakukan dalam mengurangi kecemasan matematika terletak pada kemampuan seorang guru dalam memahami siswa dan terus mencoba dalam membawa pelajaran matematika ke arah yang lebih baik dan mudah diterima serta disenangi oleh siswa. Selain itu peran serta pihak-pihak lain juga sangat membantu dalam mengurangi kecemasan matematika tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Afgani D., Jarnawi, 2011. Materi Pokok Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Alsa,   A.   (1984).   Usia   mental,   jenis kelamin   dan   prestasi   belajar matematika.  Jurnal   Psikologi  Pendidikan, 12, 1,  22-29

Curtain-Philips, Marylyn, 2012. The Causes and Prevention of Math Anxiety, dalam http://www.mathgoodies.com/articles/math_anxiety.html.

Dacey,   J.S.   (2000).  Your   anxious   child   :  How   parents   and   teachers   can relieve   anxiety   in   children.   San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.

Freedman, Ellen, 2012. Do You Have Math Anxiety? A Self Test,  dalamwww.mathpower.com/anxtest.htm.

______.Ten Ways To Reduce Math Anxiety dalam http://www.mathpower.com/reduce.htm.

Hartanti  &  Judith E.D.   (1997).  Hubungan antara   konsep   diri   dan   kecemasan menghadapi   masa   depan   dengan penyesuaian   sosial   anak-anak Madura.  Jurnal Psikologi Pendidikan :  Anima. 12, 46, 2007

Helen dkk,(2010), Anxiety Disorder, Theory, research and Clinical Perspectives, New York: Cambridge Univercity Press



Nawangsari,   N.   A.   F.   (2001).   Pengaruh self-efficacy   dan   expectancy-value terhadap   kecemasan   menghadapi pelajaran   matematika.  Jurnal  Psikologi   Pendidikan:   Insan   media psikologi, 3,2, 2001, 75-88.

Zeidner,   M.  (1998).  Test   anxiety:   The state of   the art.  New York  :  Kluwer

Zeidner, M & Matthews, G.  (2011).  Anxiety 101.  New York  :  Springer Publishing Company